Analisis Strategi Bersaing antara Mall Depok,Plaza Depok,Hero,Borobudur,ITC,DETOS,Margo City

Author: Sangoenz.inc /

Berikut sedikit pengamatan saya tentang Mal-mal yang ada di Depok :

- Mall Depok: Pernah besar sebagai Mall di Depok. Didukung dengan adanya tenant Matahari, Time Zone, dan TB Utama. Keenganan orang kesana salah satunya disebabkan pagar pembatas jalan yang membuat orang harus menyeberang jembatan yang cukup jauh dari tempat turun angkot, untuk pengunjung dari arah Jakarta. Kecuali untuk pengunjung dari arah Depok. Sejak adanya ITC dan DETOS, pengembang melakukan renovasi pada bagian depan dengan harapan bisa menarik pengunjung. Mall ini menurut saya masih potensial untuk dikelola dan dikembangkan. Pengembang mulai melakukan sentralisasi bisnis seperti HP. Dari dulu setahu saya lantai paling atasnya yang hampir tidak pernah ramai. beberapa bisnis buka dan tutup di lantai tersebut.

- Plaza Depok: sejauh ini menurut pengamatan saya masih cukup ramai karena letaknya strategis dekat terminal, keuntungan yang sama dengan ITC. Karena dekat terminal itulah, warga Depok yang dari arah Sawangan, Depok Timur, Cibinong, dll tidak perlu naik angkot 2x untuk berbelanja atau hiburan. Plaza Depok masih didukung oleh ramayana dan 21.

- Hero: berada di seberang Mall Depok. Pusat perbelanjaan ini termasuk yang "kalah" dalam kompetisi, karena akhirnya mengganti diri dengan MITRA (Toko Diskon), tapi menurut beberapa teman yang pernah kesana, iming2 diskon tidak membuat tempat tersebut lebih ramai. Lantai 1 dari Hero diisi oleh beberapa toko/ counter kecil. Menurut saya sepertinya ke"kalah"an HERO disebabkan oleh faktor segmentasi pasar dan kurangnya inovasi dalam pemasaran.

- Borobudur: pusat perbelanjaan pakaian disebelah HERO ini terakhir saya lihat sudah tutup juga dan pindah tempat. Konsep yang dibuat mirip Ramayana ini jelas kalah oleh nama besar Ramayana. Saya tidak tahu gedungnya sekarang diisi oleh apa.

- ITC: nama besar ITC dan partnernya Carrefour rasanya tidak diragukan lagi. Keunggulan yang dimiliki adalah: lokasi yang menempel dengan terminal dan segmentasi yang jelas pada setiap lantai sehingga memudahkan orang berbelanja. Faktor kedua inilah yang tidak dimiliki oleh DETOS.

- DETOS (Depok Town Square): nama DETOS ternyata di pandangan publik tidak sesuai harapan, karena DETOS yang ada tidak sama dengan CITOS di Cilandak. beberapa orang memiliki ekspektasi demikian. Ternyata antara Pengembang DETOS dan CITOS pun pernah selisih pendapat soal nama ini, karena CITOS menganggap nama Town Square adalah brand mereka. Tercampurnya berbagai jenis pedagang di satu lantai membuat DETOS lama-kelamaan seperti bazaar yang tidak jelas, ini juga pendapat dari beberapa pedagang. Meski telah menggandeng Matahari dan 21, tetap saja pengunjung tidak ramai. Kelemahannya: macet, posisi tidak strategis: orang pulang kantor dari arah Jakarta akan lebih memilih berbelanja ke GIANT yang searah daripada ke DETOS yang harus putar balik jauh dan macet, segmentasinya keliru: seharusnya lebih membuat bisnis berorientasi mahasiswa atau kaum muda karena tepat menempel ke UI. Di Depok khan belum ada tempat kongkow2 anak muda. Matahari yang selama ini dikenal untuk segmen menengah, rupanya membuat perubahan untuk menaikkan segmen untuk Matahari DETOS. Nah ini jelas bersaing langsung dengan Centro di Margo City.

- Margo City: Mall ini punya prospek besar karena selain keuntungan mendapat lahan yang cukup luas juga berencana membagi areanya menjadi Zone2 yang memiliki tujuan sendiri seperti untuk taman bermain, taman kota, pusat perbelanjaan, olahraga, dll. Pembangunannya sampai saat ini belum selesai karena masih berjalan. Kekurangan di Gedung yang ada saat ini adalah pintu keluar dari Mallnya cuma satu (setahu saya).

- Depok Town Center (DTC): maaf yang satu ini no comment karena belum kesana. Tapi analisa saya, Mall ini terletak disepanjang jalan menuju arah Sawangan yang sempit. Ada resiko kemacetan. Tapi potensi pasarnya ada mengingat bisa meraih pengunjung dari Sawangan, Parung dan sekitarnya.

Mall2 diatas belum termasuk Mall2 disekitar akses utama Depok seperti Graha Cijantung dan Mall Cijantung, sedikit keluar lagi ada Cibubur Junction yang bisa meraih pengunjung dari wilayah Cimanggis.

- Beberapa Mall tempo doeloe yang kena "seleksi alam": Ramanda (Mall pertama di Depok) yang menurun pamornya sejak ada Mall Depok, sekarang menjadi pusat perbelanjaan otomotif, GORO yang sempat diisukan bangkrut.

Menurut artikel yang pernah saya baca di Monitor DEPOK Online, ada kekhawatiran bahwa pengembang Mall di Depok salah memperhitungkan pasar yang ada. Benar bahwa penduduk Depok cukup banyak dan cakupan areanya cukup luas sampai ke wilayah Cimanggis dan Cinere. Sayangnya jumlah penduduk yang besar itu hanya pada malam hari, pada siang hari diperkirakan 2/3 penduduk Depok berada di Jakarta. Artinya pengembang sama2 memperebutkan 'kue' yang sama porsinya. Menurut saya untuk menghidupkan kembali Mall2 yang ada, pengembang harus melakukan manuver segmentasi pasar dan jenis bisnis didalamnya.

0 komentar:

Posting Komentar